Sholat I’ed

1. Hukum Sholat I’ed
Hukumnya adalah sunnah mu’akadah. Shalat ‘ied merupakan salah satu syi’ar islam., sekaligus salah satu penampilan yang di dalamnya memperlihatkan bukti keimanan yang kuat.
QS. Al-Kautsar: 1-2
(1) Sesungguhnya kami Telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
(2) Maka Dirikanlah shalat Karena Tuhanmu; dan berkorbanlah

2. Disunnahkan mandi, memakai wewangian, dan berpakaian yang rapi
HR. Al-Hakim: “Pada hari ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha, Rasullullah memerintahkan kami untuk mengenakan pakaian terbaik yang kami miliki dan memakai wewangian yang terbaik yang ada pada kami”. Wewangian janganlah berlebihan, pakaian yang terbaik misalnya yang sering dipakai ketika sholat jum’at.

3. Waktu Sholat ‘Ied adalah berawal dari sejak matahari mulai meninggi sampai tergelincir secara sempurna. Pada sholat Idul Adha lebih baik diawalkan dengan alasan memberi waktu untuk menyembelih hewan qurban, sedang pada sholat idul Fitri lebih baik diakhirkan dengan tujuan memberi waktu kepada kaum muslimin yang hendak zakat fitrah. HR. Ibnu Hajar: “Nabi pernah mengerjakan sholat ‘Idul Fitri bersama kami dan pada saat itu matahari setinggi dua tumbak, sedangkan pada sholat ‘Idul Adha matahari baru setinggi satu tombak”.

4. Makan sebelum Sholat Idul Fitri, disunahkan memakan beberapa buah kurma dalam jumlah ganjil sebelum berangkat sholat.

5. Makan setelah melaksanakan Sholat ‘Idul Adha. HR Ahmad: “Bahwa Nabi tidak berangkat sholat pada hari raya ‘Idul Fitri melainkan setelah makan, dan beliau tidak makan pada hari raya ‘Idul Adha, melainkan setelah kembali dari sholat”. Dibolehkan memakan daging hewan kurbannya sendiri. Pada hari raya keduanya diharamkan berpuasa. Pada ketiga hari setelah ‘Idul Adha (hari tasyriq) dilarang juga berpuasa.

6. Berangkat ke tempat pelaksanaan sholat, lebih afdhol sholat di tempat terbuka yang luas di luar masjid, sewaktu berangkat bersama keluarga membaca takbir dan tahmit.

7. Berangkatnya kaum wanita dan anak-anak ke tempat pelaksanaan sholat ‘Ied. Wanita dan anak-anak boleh datang, bahkan wanita yang haid pun. Tentu bersama mahromnya. Muttafaqun ‘Alaih: “Kami diperintahkan untuk membawa keluar kaum remaja puteri maupun para wanita yang sedang haid pada kedua hari raya, untuk menyaksikan kebaikan dan mendo’akan kaum muslimin. Adapun bagi wanita yang sedang haid hendaknya sedikit menjauhi dari tempat sholat”.

8. Bacaan takbir kaum wanita, dibolehkan wanita ikut bertakbir, termasuk wanita yang sedang haid.

9. Adzan dan iqomah dalam sholat “ied tidak dikumandangkan. HR. Muttafaqun ‘Alaih: “Tidak pernah dikumandangkan adzan pada hari raya ‘Idul Fitri dan ‘Idul Adha”.

10. Sholat sebelum dan sesudah sholat ‘Ied. Tidak ada sholat sebelum atau sesudah sholat ‘Ied. HR. Jama’ah: “Rasullullah pernah bersabda untuk menunaikan sholat pada hari raya. Lalu beliau mengerjakan 2 raka’at (yaitu Sholat ‘Ied) dan tidak mengerjakan sholat yang lain sebelum maupun sesudahnya”.

11. Orang yang tertinggal mengerjakan sholat ‘Ied
Sholat ‘Ied merupakan amalan yang disunnahkan, baik laki-laki, perempuan, anak-anak, dalam perjalanan maupun tidak, baik itu dikerjakan berjama’ah atau tidak. Boleh dikerjakan sendiri di rumah kapan saja asal tidak sampai 3 hari pada hari raya ‘Idul Fitri atau 4 hari pada hari raya ‘Idul Adha. Tapi yang terbaik adalah berjama’ah, dan sesegera mungkin.

12. Sifat sholat ‘Ied
Raka’at pertama membaca takbir 7 kali, Fatihah dibaca keras, disunnahkan membaca surat Al-A’la, raka’at kedua membaca takbir 5 kali, Fatihah dibaca keras, membaca surat Al-Ghassiyah. Tidak ada dalil yang menetapkan adanya bacaan yang dibaca antara takbir-takbir di dalam sholat tersebut.

13. Disunahkan bersedekah pada hari raya ‘Idul Fitri

14. Menempuh jalan yang berbeda, ketika berangkat dan pulang dari sholat hendaknya mengambil jalan yang berbeda. HR. Al-Bukhari: “Apabila berangkat sholat ‘Ied, Nabi menempuh jalan yang berbeda dengan jalan yang ditempuh pada saat pulang”.

15. Permainan, perayaan, nyanyian dan makan-makan pada hari raya dibolehkan.

16. Ziarah kubur pada hari raya adalah bid’ah. Hari raya untuk begembira, sedangkan ziarah akan membawa suasana duka.

17. Mengucapkan selamat hari raya, disunnahkan mengucapkan selamat kepada sesama muslim. Hadish dari Jubair bin Nufail: “Apabila para sahabat Rasullullah bertemu pada hari raya, maka mereka saling mengucapkan ‘Taqobballahu Minna wa Minkum”.

▼ Hari raya adalah hari dimana umat muslim bergembira, diharamkan berziarah kubur, dan disunahkan bersilaturahmi sambil mengucapkan selamat. Puasa pada hari raya adalah haram.

Sumafone mitra terbaik anda dalam bisnis pulsa

0 Komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More