I'tikaf

1. I’tikaf berarti berdiam diri di dalam masjid, sebagai wujud ketaatan kepada Allah.

2. Dalil disyari’atkannya I’tikaf
Muttafaqun ‘Alaih: “Rasullullah SAW beri’tikaf pada sepuluh malam yang terakhir dari bulan Romadhon”.

3. Rukun I’tikaf: niat dan masuk ke tempat I’tikaf (masjid)

4. Macam-macam I’tikaf
a. I’tikaf sunah, dilakukan pada 10 hari terakhir Romadhon dengan tujuan mendapat pahala dan mendekatkan diri kepada Allah.
b. I’tikaf wajib, jika pernah bernazhar akan beri’tikaf sekian hari atas sesuatu yang dihadapi.

5. Waktu I’tikaf
Menurut empat imam, waktu dimulai sejak awal malam dan berakhir seusai sholat Shubuh. Wanita juga dibolehkan beri’tikaf.

6. I’tikaf wanita, Nabi tidak melarang wanita I’tikaf di masjid, I’tikaf di rumah tidak diboelehkan, kecuali jika di dalam rumah ada mushalla.

7. Yang membolehkan keluar ketika sedang beri’tikaf.
Diantaranya adalah pergi ke tempat makan minum karena tidak ada yang mengambilkan, pergi untuk menolong orang, melakukan sesuatu yang tidak mungkin dilakukan di dalam masjid (misal karena muntah, buang air kecil dsb). Jika keluar hendaknya langkah kaki seperti biasa dan tidak perlu dicepatkan, waktu yang hilang tidak perlu diganti.

8. Amalan yang disunahkan sebelum beri’tikaf
a. Tidak menjenguk orang sakit
b. Tidak menyaksikan jenazah
c. Tidak bercumbu atau berhubungan badan
d. Tidak keluar, kecuali karena sesuatu yang mengharuskan

9. Hal-hal yang membatalkan I’tikaf
a. Keluar dari tempat I’tikaf dengan sengaja, tanpa adanya keperluan yang membolehkan hal itu.
b. Ada yang membawakan makan dan mengajak bersetubuh (suami-istri)
c. Jual-beli selain jual-beli yang mengharuskan hal untuk keluar (misalnya membeli makanan untuk keperluan I’tikafnya, maka I’tikaf tetap syah).

10. Hal-hal yang disunahkan dalam I’tikaf
a. Memperbanyak sholat, membaca Al-Qur’an, dzikir, dan ibadah lain.
b. Menghindari segala perkataan yang tidak bermanfaat
c. Tidak memperbanyak bicara
d. Menghindari pertengkaran, caci maki, dan perbuatan keji
e. Membersihkan rambut dan merapikannya
f. Dibolehkan makan di dalam masjid
g. Dibolehkan wudhu’ di masjid

11. Jika wanita yang beri’tikaf itu haid dan junub.
HR. Bukhari: “Tidak aku halalkan masjid bagi wanita yang sedang haid dan orang yang junub”. Jadi bagi keduanya dilarang berdiam di dalam masjid.

12. Hukum I’tikaf wanita yang menjalani istihadhah.
Dibolehkan ikut beri’tikaf. Hendaknya diperhatikan agar darah tersebut tidak sampai berbau tidak sedap. Jika bau tidak bisa ditahan dibolehkan keluar masjid, untuk kesucian masjid, karena dianggap seperti keluarnya buang air besar.

13. Disunahkan bermalam di tempat I’tikaf pada malam hari raya, dan paginya sholat ‘Ied.

14. Nadzar I’tikaf, jika bernadzar I’tikaf di masjid manapun, maka boleh dimanapun masjid itu berada. Jika bernadzar di masjid Al-Haram, Nabawi, dan Al-Aqsha maka ia harus beri’tikaf di masjid yang dimaksud, atau lebih afdhol di masjid Al-Haram.

15. Syarat-syarat I’tikaf: suci dari najis, haid, dan jima’ (Hadash besar).

▼ I’tikaf adalah amalan sunnah, dilakukan pada 10 hari terakhir di bulan Romadhon, sebagai wujud ketaatan kepada Allah dan untuk mendapat malam lailatul qodhar. Sangat berfaedah jika mendapat malam tersebut.

Sumafone all operator pulsa berkualitas layanan prima

0 Komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More