Mengapa Mesin Saya Boros Bensin ?

Bukankah pertanyaan seperti ini seringkali terbersit dalam benak kita ? Terutama bagi yang pernah mengalaminya. Bila anda belum pernah menemukan jawaban yang memuaskan hati, cobalah untuk membaca artikel ini.

Mengapa mesin bisa berbeda konsumsi bahan bakarnya padahal cc-nya sama?

Mesin dikonstruksi dengan desain, konstruksi, kelebihan, dan perlengkapan yang berbeda-beda sesuai dengan target dari produsennya. Oleh karena itu, dalam ukuran volumetrik yang sama, sama-sama 1.000cc misalnya, mesin satu bisa saja lebih besar tenaga atau torsinya dibandingkan dengan mesin yang lain. Tentu saja mesin yang pertama bisa lebih boros bahan bakarnya dibandingkan dengan yang lain.

Baiklah, kita misalkan dua buah mesin, keduanya baru dan sama-sama 1.000cc (volumetrik silinder 970cc ditambah ruang bakar 30cc), menggunakan rancangan SOHC (Single Overhead Camshaft), 4 silinder (I-4) dan 2 valve per silinder (total 8 valve). Namun mesin yang pertama menggunakan camshaft (nokken-as) dengan valve-duration 240o sedangkan yang kedua menggunakan 248o .

Sekilas tidak ada yang istimewa karena harga produksi kedua camshaft tersebut akan relatif sama. Namun sudah bisa dipastikan mesin yang kedua akan lebih boros bahan bakar karena sudut overlap valve-nya lebih besar dibandingkan dengan mesin yang pertama.

Hasilnya tentu saja mesin kedua lebih besar tenaganya, namun konsekuensinya pada mesin kedua harus diterapkan sistem kontrol emisi yang lebih rumit dibandingkan dengan mesin pertama.

Itu hanya salah satu contoh saja, banyak sebenarnya yang mempengaruhi konsumsi dan efisiensi bahan bakar serta tenaga mesin selain yang disebut diatas. Ada baiknya kami sebut beberapa lagi diantaranya, yaitu :

Adanya sistem pasokan bahan bakar yang berbeda

Disain karburator yang lebih lengkap kontrol emisinya akan memberikan dampak penghematan bahan bakar yang jauh lebih baik daripada yang sederhana (Honda Accord Maestro tahun 90 misalnya menggunakan sistem PGM-Carb dimana karburator telah dikontrol oleh sistem komputer yang mereka istilahkan ICU atau Integrated Control Unit, dengan cc yang sama, coba bandingkan konsumsi bahan bakarnya dengan mesin yang lain).
Sistem pasokan injeksi elektronik (EFI/MPI/ECI/PGM-FI dll) jauh lebih efisien dibandingkan dengan pasokan oleh karburator konvensional.
Adanya fitur mesin tambahan yang dapat mendongkrak tenaga

Penambahan unit Turbo dan Intercooler.
Sistem valve timing dan lifting yang berbeda (VTEC, VVT-I, VANOS, dll).
Sistem pembakaran yang berbeda (Direct Ignition/Distributorless Ignition, Sequential Ignition, Dual Waste-Spark Ignition, iDSI, dll).
Sistem EGR (Exhaust Gas Recirculation).
Dll.
Penerapan berbagai komponen racing dan kompetisi



MENGAPA AKHIR-AKHIR INI MOBIL SAYA LEBIH BOROS DIBANDINGKAN DENGAN BIASANYA?

Komponen mobil bukanlah sesuatu yang hidup dan bertahan konsisten selamanya. Dalam kilometer atau jam kerja tertentu komponen tersebut bisa mengalami perubahan nilai, fungsi, dan bahkan mengalami kerusakan permanen.

Inti dari paragraf diatas sebenarnya sederhana saja. Mobil anda telah mengalami satu atau beberapa perubahan yang mempengaruhi efisiensi pemakaian bahan bakarnya sehingga menjadi lebih boros dibandingkan dengan sebelumnya.

Baiklah kita menuju ke yang lebih teknis saja. Bahan bakar yang boros disebabkan adanya campuran bahan bakar yang terlalu kaya, yaitu bahan bakar melebihi takaran yang seharusnya. Dalam kondisi apapun, rasio campuran bahan bakar dan udara seharusnya adalah 1: 14,7. Rasio ini kita istilahkan dengan nilai stokiometris.

Udara adalah senyawa yang terpengaruh panas dan ketinggian dari permukaan air laut (altitude). Udara akan berkurang kepadatannya apabila temperaturnya naik. Demikian pula kepadatan akan berkurang semakin tinggi kedudukan kita diatas permukaan air laut.

Untuk mempertahankan nilai stokiometris, kita harus mengontrol pasokan bahan bakarnya. Dalam kondisi panas kerja mesin yang optimal, logikanya diperlukan bahan bakar yang lebih sedikit untuk mengimbangi berkurangnya kepadatan udara. Dengan demikian rasio stokiometris akan tetap didapatkan. Oleh karena itu bila mesin telah panas dan pasokan bahan bakar tetap, maka campuran akan terlalu kaya sehingga pembakaran menjadi tidak sempurna dan ada bahan bakar yang terbuang percuma. Mesin akan jadi lebih boros tentunya. Selain itu anda akan mencemari lingkungan dengan CO atau karbon monoksida yang meracuni darah kita.

Mesin yang telah menerapkan teknologi injeksi elektronik mempunyai sensor terhadap suhu udara, suhu air pendingin, dan ketinggian (barometrik) yang secara kontinyu akan mengirim sinyalnya ke unit komputer (ECU) yang bertugas sebagai pengolah data dan pengirim perintah untuk pasokan injeksi bahan bakar.

Dimanapun dan dalam kondisi apapun, komputer dengan berbagai sensornya (CTS, IATS, TPS, AFS/MAF, MAP, IAC-Valve, O2/Lambda, dll) secara dinamis mampu mempertahankan pasokan sesuai acuan nilai stokiometris serta memberikan titik atau timing pengapian dengan derajat yang sesuai. Inilah mengapa sistem ini lebih efisien dibandingkan dengan sistem karburator yang relatif pasif dan harus sering dilakukan penyetelan ulang akibat perubahan lingkungan.

Untuk menuju pokok permasalahan yang lebih langsung lagi, berikut adalah faktor-faktor penyebab borosnya bahan bakar.
Umum
  • Kurang lancar atau terganggunya sistem pembuangan gas (knalpot)
  • Tersumbatnya lobang ventilasi tanki bahan bakar.
  • Pengapian yang terlalu terlambat (Retarded/Na).
  • Tersumbatnya atau buruknya kondisi filter udara.
  • Rem yang sebagian nyangkut, membuat jalannya kendaraan menjadi berat.
  • Tekanan ban yang terlalu rendah.
  • Roda waktunya untuk dispooring.
  • Kebisasaan menyetir yang buruk
  • Kerusakan aksesoris (pompa power steering, Kompresor AC, dll.) yang mengakibatkan mesin berat berputar.
  • Masalah pengapian atau sudah saatnya untuk tune-up.
  • Malfungsi dari transmisi otomatis (bila anda menggunakan sistem matik).
Sistem EFI

  • Bocornya injector (untuk mesin EFI).
  • Malfungsi dari sistem thermostat.
  • Malfungsi dari berbagai sensor pada mesin (AFS, TPS, O2 dll).

Sistem Karburator
  • Tersangkutnya mekanisme choke.
  • Jet (spoier) salah ukurannya apabila anda pernah menggantinya.
  • Tersumbat atau bocornya exhaust heat passage dalam intake manifold.
  • Permukaan pelampung bahan bakar terlalu tinggi atau sebagian tersangkut.
  • Air-bleed dari jet seluruhnya atau sebagian tersumbat kotoran.
  • Mekanisme kontrol emisi yang abnormal pada sistem karburator.
  • Dll.

APA DENGAN PEMAKAIAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR SAJA DIJAMIN MOBIL BISA LEBIH HEMAT?

Jawabannya sederhana saja. Apabila sebelumnya mobil anda dalam kondisi fit, maka hasil penerapan alat penghemat tersebut bisa saja sesuai dengan klaim dari pembuatnya. Namun apabila tidak, atau dengan kata lain masih ada masalah lain, maka jawabannya tentu saja tidak.


0 Komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More